MEMBANGUN
KARAKTER PESERTA
DIDIK
DENGAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
A. Pendahuluan
Pendidikan
merupakan suatu hal penting bagi kehidupan manusia karena ilmu merupakan bekal
yang paling utama dalam menjalani hidup. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat, dunia pendidikan pun dituntut untuk adaptif
terhadap kemajuan dan perkembangan zaman. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab
bersama segenap komponen bangsa dalam upaya membentuk watak dan identitas bangsa Indonesia. Kurikulum
pendidikan di Indonesia pun diarahkan untuk pembinaan karakter bangsa melalui
aplikasi dalam pembelajaran sebagai tindak lanjut dari semangat pendidik modern
Indonesia tempo dulu, seperti Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia, 1889 – 1959) http://afidburhanuddin.wordpress.com/ 2013/ 11/ 08/
pengertian-pendidikan/ merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut : “Pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect)
dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Proses
pembelajaran ditandai dengan aktivitas dan interaksi antara guru dengan peserta
didik, serta antar peserta didik. Melalui pembelajaran matematika sesuai
tujuannya, diharapkan mampu menjadi salah satu wahana untuk membangun dan
mengembangkan implementasi dari pendidikan karakter. Upaya pembinaan karakter
peserta didik menjadi peran strategis guru, di samping pengembangan kurikulum.
Guru perlu memenuhi kualifikasi untuk menjadi guru yang profesional, misalnya
mempunyai kompetensi yang mendukung sesuai tugas dan tangung jawabnya. Guru
perlu membekali diri dengan kompetensi kognitif, pedagogis, sosial, dan
kepribadian.
B. Kajian Filsafat
Dari para filosof
mempunyai penafsiran tentang definisi dari pendidikan (http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-pendidikan/) adalah sebagai berikut :
- Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) mengatakan bahwa pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
- Aristoteles (filosof terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM) mengatakan bahwa pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.
- Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.
- Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M) mengatakan bahwa pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa.
- James Mill (filosof Inggris, 1773-1836) mengatakan bahwa pendidikan itu harus menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi orang yang senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan untuk dirinya terutama dan untuk orang lain selainnya.
- John Dewey (filosof Chicago, 1859 M – 1952 M) mengatakan bahwa pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantaraan karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan – peninggalan budaya lama masyarakat manusia.
- Jean-Jacques Rousseau (filosof swiss 1712-1778) menurutnya pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa.
- Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda Ahli ini merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
- Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
- Pendidikan menurut Al-Ghazali (http://pers-stai-tasikmalaya.blogspot.com/ 2012/10/pendidikan-menurut-imam-gozali.html) yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna”
Selain mengerti tentang
definisi pendidikan, kita perlu tahu juga pengertian karakter. Ada beberapa
pendapat dari para tokoh dan filosof mengenai definisi karakter sebagai berikut :
1. Koesoema
A, karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian adalah ciri atau
karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan;
2. Suyanto,
karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas individu
untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara;[1][2]
3. Scerenko,
karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri
pribadi, etis, kompleksitas mental seseorang dengan orang lain;
4. Helen
G. Douglas, karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, perbuatan
demi perbuatan.[2][3]
5. Al-Farabi
seorang filsuf Islam (http://rahmadashariuinsuska.blogspot.com
/2013/07/pendidikan-karakter-menurut-para-filosof.html), akhlak adalah upaya
menumbuh-kembangan akhlak potensial baik yang ada di dalam diri setia manusia
dengan jalan membiasakan lahirnya perilaku-perilaku terpuji dan membangun
situasi kondisi yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku yan
terpuji di dalam diri seseorang.
C.
Tujuan pendidikan
Menurut al-Ghazali (http://pers-stai-tasikmalaya.blogspot.com/2012/10/
pendidikan-menurut-imam-gozali.html), pendidikan dalam
prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan
kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sehingga tujuan pendidikan dirumuskan sebagai
pendekatan diri kepada Allah, yaitu untuk membentuk manusia yang shalih, yang
mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan
kewajiban-kewajibannya kepada manusia sebagai hambaNya.
Tujuan pendidikan
jangka panjang yang dirumuskan sebagai pendekatan diri kepada Allah, dapat
dicapai dengan melaksanakan ibadah wajib dan sunnah serta mengkaji ilmu-ilmu
fardhu ‘ain seperti ilmu syariah. Sementara, orang-orang yang hanya menekuni
ilmu fardhu kifayat sehingga memperoleh profesi-profesi tertentu dan akhirnya
mampu melaksanakan tugas-tugas keduniaan dengan hasil yang optimal sekalipun,
tetapi tidak disertai dengan hidayah al-din, maka orang tersebut tidak akan
semakin dekat dengan Allah.
Tujuan pendidikan
jangka pendek menurut al-Ghazali adalah diraihnya profesi manusia sesuai dengan
bakat dan kemampuannya dengan mengembangkan ilmu pengetahuan yang fardhu ‘ain
dan fardhu kifayat. Masalah kemuliaan duniawi bukanlah tujuan dasar dari
seseorang yang melibatkan diri dalam dunia pendidikan. Seorang penuntut ilmu
seperti siswa, mahasiswa, guru, atau dosen, akan memperoleh derajat, pangkat,
dan segala macam kemuliaan lain yang berupa pujian, kepopularitasan, dan
sanjungan manakala ia benar-benar mempunyai motivasi hendak meningkatkan kualitas
dirinya melalui ilmu pengetahuan untuk diamalkan. Sebab itulah, al-Ghazali
menegaskan bahwa langkah awal seseorang dalam proses pembelajaran adalah untuk
menyucikan jiwa dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela, dan motivasi
pertama adalah untuk menghidupkan syariat dan misi Rasulullah.
D.
Nilai
Karakter
Dari pengalaman ada dua
pendekatan dalam pendidikan karakter (http://pers-stai-tasikmalaya.blogspot.com/2012/ 10/
pendidikan - menurut - imam - gozali. html), yaitu: (1)
Karakter yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Karakter
yang built- in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan
pertama ternyata lebih efektif dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu
alasannya ialah karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep,
belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya,
dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep (hakekat), teori
(syare’at), metode (tharekat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika para
guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori,
metodologi dan aplikasi setiap bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya
akan lebih efektif dalam menunjang pendidikan karakter.
Nilai-nilai karakter
antara lain (http://pers-stai-tasikmalaya.blogspot.com/ 2012/10/pendidikan-menurut-imam-gozali.html):
(1) Cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya; (2) tanggung jawab,
disiplin dan mandiri; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang,
peduli, dan kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi,
cinta damai, dan persatuan. Untuk implementasinya memerlukan kajian dan
aplikasi nilai-nilai yang terkandung dalam karakter bangsa pada kegiatan pembelajaran
di sekolah. Integrasi nilai karakter
bangsa pada kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui tahap-tahap
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
E. Indikator Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada siswa
dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut 18 indikator pendidikan karakter bangsa ( pusat kurikulum departemen
pendidikan Nasional: 2010 ) dalam http://rumahinspirasi.com/ 18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/ sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan
karakter pada siswa:
1. Religius,
adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur,
adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi,
adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4. Disiplin,
adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja
Keras, adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6. Kreatif, adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri,
adalah sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis,
adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa
ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
kebangsaan, adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
kelompoknya.
11. Cinta
tanah air, adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai
prestasi, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komuniktif,
adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta
damai, adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya
15. Gemar
membaca, adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli
lingkungan, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli
sosial, adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
F.
Prinsip
Pendidikan Karakter
Selain adanya indicator yang merupakan kata kunci dalam
menemukan tujuan pendidikan karakter, tentunya ada prinsip-prinsip yang harus
dikembangkan guna tercapainya karakter yang diharapkan. Prinsip-prinsip
pendidikan karakter dalam http://
kita - bermimpi. blogspot. com/ 2012/ 12/ contoh – makalah -
pendidikan-karakter.html diantaranya:
1. Komunitas sekolah mengembangkan dan
meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang
baik.
2. Sekolah menyediakan kesempatan yang
luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral.
3. Sekolah menggunakan pendekatan yang
komprehensif, intensif dalam pengembangan karakter.
4. Sekolah menciptakan sebuah komunitas
yang memiliki kepedulian tinggi.
5. Sekolah menyediakan kurikulum akademik
yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh
peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu
mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
6. Sekolah mendorong siswa untuk
memiliki motivasi diri yang kuat.
7. Sekolah mendorong kepemimpinan
bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan
karakter dalam jangka panjang.
8. Sekolah melibatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter
9. Secara teratur, sekolah melakukan asesmen
terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai
pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa dapat mewujudkan
karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari
G.
Membangun
Karakter dengan Pendidikan Matematika
Dalam lingkup satuan
pendidikan pengembangan karakter dilakukan dengan menggunakan (1) pendekatan
terintegrasi dalam semua mata pelajaran, (2) pengembangan budaya satuan
pendidikan, (3) pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta (4)
pembiasaan prilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan (http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/04/pendidikan-karakter-dalam-pembelajaran-matematika-525565.html)
. Hal ini berarti, pedidikan karakter bukanlah suatu mata pelajaran khusus,
tetapi pelaksanaannya dituangkan dalam setiap kegiatan di setiap mata pelajaran
yang ada. Keberhasilan program ini tentunya tidak lepas dari adanya keteladanan
dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik meliputi para pemimpin
bangsa, pemuka masyarakat, pemuka agama, dan orang tua. Sedangkan tenaga
pendidik meliputi guru, dan penyelenggara pendidikan di sekolah.para pendidik.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai ada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan dan
dikaitkan (dieksplisitkan) dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam http://muhamad-saiful-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail - 71494 -
Education – pentingnya % 20 Pendidikan % 20 Karakter. html dikatakan bahwa
beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan
dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil
penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan
karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
Matematika yang selama
ini hanya dimaknai sebagai mata pelajaran biasa di sekolah, sebenarnya bisa
jadi sarana membangun karakter siswa.
Apabila seseorang mempunyai karakter yang baik terkait dengan Tuhan yang Maha Esa dan sesamanya, seluruh kehidupannya pun akan menjadi baik. Namun sayang sekali karakter yang semacam ini tidak selalu terbangun dalam diri orang–orang yang beragama. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran dalam keberagamaan. Oleh karena itu anak didik harus dikembangkan karakternya agar benar–benar berkeyakinan, bersikap, berkata – kata, dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Apabila seseorang mempunyai karakter yang baik terkait dengan Tuhan yang Maha Esa dan sesamanya, seluruh kehidupannya pun akan menjadi baik. Namun sayang sekali karakter yang semacam ini tidak selalu terbangun dalam diri orang–orang yang beragama. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran dalam keberagamaan. Oleh karena itu anak didik harus dikembangkan karakternya agar benar–benar berkeyakinan, bersikap, berkata – kata, dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Manusia itu selalu mengalami penurunan atau
kemunduran dalam kepibadiannya. Oleh sebab itu semua nilai-nilai yang terkadung
patut ditumbuh kembangkan bagi setiap individu. Untuk itulah diharapkan pembelajaran
matematika tidak hanya cukup mementingkan rasio, dimana siswa hanya sebagai
pemakai ilmu saja, namun juga pada pengembangan karakternya.
Pembelajaran matematika memfasilitasi proses belajar
siswa untuk mnguasai berbagai kompetensi matematis. Di balik itu, siswa bukan
saja dapat menguasai berbagai kompetensi matematis namun juga dapat
mengembangkan dan mewujudkan nilai dan karakter bangsa. Hal ini memberi
pengertian bahwa pembelajaran matematika dapat turut membangun karakter bangsa.
Karakter utama dalam pembelajaran
matematika meliputi berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan,
kemandirian, percaya diri, dan tanggung jawab. Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 (Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi
Mata Pelajaran Matematika dalam
http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/12/08-afektif_limas_1.pdf adalah,
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan tersebut merupakan tujuan
pendidikan karakter yang akan mengantar peserta didik menjadi manusia cerdas dan
berkarakter. Karakter-karakter tersebut dapat dikembangkan melalui implementasi
berbagai model pembelajaran.
Implementasi model pembelajaran matematika dapat
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan karakter seperti yang telah disebutkan
di atas, diantaranya adalah: Model Pemecahan Masalah, Model Penemuan, Model
Kooperatif, dan Model Pembelajaran Kontekstual dan Realistik.
Menurut George Polya dalam http://berly-bastian.blogspot.com/2011/12/4-langkah- penyelesaian- problem - solving.
html, ada 4 langkah dalam model
pembelajaran pemecahan masalah yaitu understanding the problem, making a plan,
carrying out the plan, looking back. Khususnya dalam model pembelajaran pemecahan
masalah matematika, pada langkah memahami masalah, peserta didik harus dapat menentukan
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Selanjutnya membuat rencana atau
merancang model matematika, pada langkah ini siswa harus dapat mengaitkan
masalah yang ada menjadi masalah matematika. Pada tahap ini peserta didik
berlatih mengaitkan masalah yang ada dengan konsep atau pengetahuan matematika.
Langkah berikutnya adalah menyelesaikan masalah berdasarkan model yang telah
direncanakan. Langkah terakhir adalah menafsrkan solusi atau memeriksa kembali
hasil yang telah diperoleh. Dari langkah-langkah pembelajaran ini, dapat kita
harapkan peserta didik dapat mengembangkan sikap kritis, taat pada aturan atau
disiplin, ulet, percaya diri.
Menurut
Jerome S. Bruner dalam http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/ 2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/
menyatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama, dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Dari proses pembelajaran tersebut
peserta didik dapat mengembangkan sikap mandiri, percaya diri, tidak mudah
menyerah atau ulet, kerja keras dan bertanggungjawab.
Dalam http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah–model-pembelajaran-kooperatif.html model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan
pembelajaran kooperatif atau pembelajaran dengan model kooperatif memfasilitasi
peserta didik untuk dapat mengembangkan sikap toleransi, demokratis, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan tanggung jawab.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning/CTL) dalam http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertian-pembelajaran-kontekstual-ctl.html
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks
ke permasalahan/ konteks lainnya. Hasil yang dapat dihasilkan dari pembelajaran
kontekstual yakni
membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan sikap toleransi, demokratis,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan tanggung jawab.
H.
Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan tugas dan tanggung jawab semua
pihak. Lembaga pendidikan formal mempunyai kewajiban membentuk karakter peserta
didik melalui pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran. Implementasi
berbagai model pembelajaran dalam pembelajaran matematika dapat memfasilitasi
pembentukan karakter peserta didik
Daftar Pustaka
Saiful, Muhammad. 2013. http://muhamad-saiful-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-
71494 - Education - Pentingnya %20 Pendidikan %20 Karakter. html diakses tanggal
15 Maret 2014
Burhanuddin, Afid. 2013. http:// afidburhanuddin. wordpress.com/ 2013 / 11/ 08/
pengertian-pendidikan/. Diakses tanggal 12
maret 2014
Anonim. 2011. http://rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/
diakses tanggal 12 Maret 2014
Anonim. 2012. http://
pers - stai - tasikmalaya. blogspot. com/ 2012/ 10/ pendidikan-menurut-
imam-gozali.html diakses tanggal 12 Maret 2014
Ashari, Rahmad. 2013. http://
rahmadashariuinsuska. blogspot. com / 2013 / 07 /
pendidikan-karakter-menurut-para-filosof.html
diakses tanggal 13 Maret 2014
Rahmah, Susi. 2013. http:// edukasi. kompasiana. com/ 2013/ 02/ 04/
pendidikan-karakter-dalam-pembelajaran-matematika-525565.html
diakses tanggal 15 Maret 2014
Shadiq, Fadjar. 2008. http:// fadjarp3g. files. wordpress.com/
2008/ 12/ 08 - afektif_ limas_1.pdf diakses tanggal 15 Maret 2014
Bastian, Berly. 2011. http://berly-bastian.blogspot.com/ 2011/ 12/ 4 – langkah –
penyelesaian – problem - solving. html diakses tanggal 15 Maret
2014
Widiyatmoko, Arif. 2008. http://arifwidiyatmoko. wordpress. com/ 2008/ 07/ 29/ %E
2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/
diakses tanggal 15 Maret 2014
Anonim. 2013 . http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html
diakses tanggal 15 Maret 2014
Anonim. 2011. http://
www.m-edukasi . web.id/ 2011/ 12/ pengertian -
pembelajaran-kontekstual-ctl.html diakses tanggal
15 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar